Selasa, 03 Juli 2012

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Tidak ada definisi umum yang disepakati mengenai system informasi manajemen (SIM). Di buku ini dijelaskan bahwa SIM adalah sebuah system yang digunakan untuk member informasi yang diperlukan manajemen secara teratur. Atau lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :
Sistem informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
SIM dapat bersifat manual ataupun didasarkan computer (computer-based), meskipun pada masa sekarang, yang lebih menonjol adalah aplikasi-aplikasi yang didasarkan pada computer. Istilah system di dalam SIM menyiratkan tatanan, pengaturan, dan tujuan. Sebuah SIM secara spesifik memusatkan perhatian pada member para manajer informasi, dan bukan sekedar data.
Data itu sendiri mempunyai pengertian yaitu fakta-fakta yang mentah dan belum dianalisa. Sedangkan Informasi adalah Data yang sudah dianalisa dan diproses.
Tujuan Sistem Informasi Manajemen
Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. Informasi yang diberikan kepada manajer digunakan untuk mengendalikan operasi, strategi, perencanaan jangka panjang & pendek, pengendalian manajemen dan pemecahan masalah khusus.
Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Setelah sistem selesai dirancang, implementasi system harus dilakukan. Tahapan-tahapan yang dilakukan selama tahap implementasi dari system tersebut adalah :
1.      Pengujian system. Kesalahan dan pengurangan system akan diketahui pada saat pengujian ini, dan juga akan lebih mudah untuk diperbaiki dan lebih murah dibandingkan perbaikan di saat system sudah berjalan.
2.      Pelatihan bagi para pengguna. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pelatihan bagi calon pengguna system, sebagai upaya penenalan system agar manfaat-manfaat yang dipunyai system dapat dimengerti oleh para pengguna. Sehingga system dapat terimplementasi dengan sempurna.
3.      Persiapan terhadap penolakan. Apabila calon-calon pengguna merasa kesulitan ataupun terancam dengan keberadaan system tersebut, maka reaksi-reaksi penolakan akan sangat mungkin terjadi. Faktor-faktor seperti sulitnya penyesuaian diri, kekhawatiran pengurangan status kekuasaan, hubungan antar pribadi, atau mengurangi jaminan pekerjaan mereka apabila system tersebut diterapkan di dalam organisasi atau perusahaan.
4.      Libatkan para pengguna. Cara yang cukup efektif dalam mengurangi penolakan terhadap suatu system adalah dengan melibatkan calon pengguna dalam penmbuatan suatu system, sehingga pada saat system itu terbentuk, mereka akan lebih mudah mengikutinya karena partisipasi mereka di dalam pembuatan system.
5.      Periksa keamanan system. Kekhawatiran akan mudahnya orang-orang yang tidak mempunyai wewenang untuk mengakses sistem, membuat para perancang system harus lebih waspada dan lebih meningkatkan keamanan dari sistem tersebut. Cara-cara yang dilakukan dapat berupa pembatasan akses, pengelompokan pengguna berdasarkan tingkat wewenang, pemberian fasilitas enkripsi, penguncian perangkat keras ketika tidak digunakan, dan lain sebagainya.
6.      Cantumkan tinjauan ulang berkala. Evaluasi perlu dilakukan secara berkala, agar tidak terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan organisasi dengan system. Sinkronisasi informasi dan data secara berkala akan memastikan bahwa sistem akan selalu dapat digunakan, karena pada dasarnya, pengembangan dan implementasi suatu sistem membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga evaluasi berkala ini menjamin sistem tetap tahan lama dan dapat diandalkan.
www.unas.ac.id
BAGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar