Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Tidak ada definisi umum yang
disepakati mengenai system informasi manajemen (SIM). Di buku ini dijelaskan
bahwa SIM adalah sebuah system yang digunakan untuk member informasi yang
diperlukan manajemen secara teratur. Atau lebih lengkapnya adalah sebagai berikut
:
Sistem informasi Manajemen
adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan
secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi
informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai
dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
SIM dapat bersifat manual ataupun
didasarkan computer (computer-based), meskipun pada masa sekarang, yang
lebih menonjol adalah aplikasi-aplikasi yang didasarkan pada computer. Istilah
system di dalam SIM menyiratkan tatanan, pengaturan, dan tujuan. Sebuah SIM
secara spesifik memusatkan perhatian pada member para manajer informasi, dan
bukan sekedar data.
Data itu sendiri mempunyai
pengertian yaitu fakta-fakta yang mentah dan belum dianalisa. Sedangkan
Informasi adalah Data yang sudah dianalisa dan diproses.
Tujuan Sistem Informasi
Manajemen
Tujuan sistem informasi manajemen
adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau
dalam subunit organisasional perusahaan. Informasi yang diberikan kepada
manajer digunakan untuk mengendalikan operasi, strategi, perencanaan jangka
panjang & pendek, pengendalian manajemen dan pemecahan masalah khusus.
Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Setelah sistem selesai dirancang,
implementasi system harus dilakukan. Tahapan-tahapan yang dilakukan selama
tahap implementasi dari system tersebut adalah :
1.
Pengujian system. Kesalahan
dan pengurangan system akan diketahui pada saat pengujian ini, dan juga akan
lebih mudah untuk diperbaiki dan lebih murah dibandingkan perbaikan di saat
system sudah berjalan.
2.
Pelatihan bagi para
pengguna. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pelatihan bagi calon
pengguna system, sebagai upaya penenalan system agar manfaat-manfaat yang
dipunyai system dapat dimengerti oleh para pengguna. Sehingga system dapat
terimplementasi dengan sempurna.
3.
Persiapan terhadap
penolakan. Apabila calon-calon pengguna merasa kesulitan ataupun
terancam dengan keberadaan system tersebut, maka reaksi-reaksi penolakan akan
sangat mungkin terjadi. Faktor-faktor seperti sulitnya penyesuaian diri,
kekhawatiran pengurangan status kekuasaan, hubungan antar pribadi, atau
mengurangi jaminan pekerjaan mereka apabila system tersebut diterapkan di dalam
organisasi atau perusahaan.
4.
Libatkan para
pengguna. Cara yang cukup efektif dalam mengurangi penolakan terhadap
suatu system adalah dengan melibatkan calon pengguna dalam penmbuatan suatu
system, sehingga pada saat system itu terbentuk, mereka akan lebih mudah
mengikutinya karena partisipasi mereka di dalam pembuatan system.
5.
Periksa keamanan
system. Kekhawatiran akan mudahnya orang-orang yang tidak mempunyai
wewenang untuk mengakses sistem, membuat para perancang system harus lebih
waspada dan lebih meningkatkan keamanan dari sistem tersebut. Cara-cara yang
dilakukan dapat berupa pembatasan akses, pengelompokan pengguna berdasarkan
tingkat wewenang, pemberian fasilitas enkripsi, penguncian perangkat keras
ketika tidak digunakan, dan lain sebagainya.
6.
Cantumkan tinjauan
ulang berkala. Evaluasi
perlu dilakukan secara berkala, agar tidak terjadi ketidaksesuaian antara
kebutuhan organisasi dengan system. Sinkronisasi informasi dan data secara
berkala akan memastikan bahwa sistem akan selalu dapat digunakan, karena pada
dasarnya, pengembangan dan implementasi suatu sistem membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, sehingga evaluasi berkala ini menjamin sistem tetap tahan lama
dan dapat diandalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar